Tips Mengajar
Membaca di Kelas I SD
Dalam pembelajaran bahasa
Indonesaia di Sekolah Dasar (SD), kita mengenal ada pembelajaran untuk kelas
tinggi dan pembelajaran untuk kelas rendah. Yang dimaksud dengan pembelajaran
kelas tinggi adalah pembelajaran untuk kelas IV, V, dan VI. Sedangkan pembelajaran
kelas rendah meliputi pembelajaran untuk kelas I, II, III. Tentu saja
pembelajaran untuk kelas tinggi tidak sama dengan pembelajaran untuk kelas
rendah.
Pembelajaran membaca untuk kelas
rendah pun harus mendapatkan perhatian yang serius. Khususnya untuk kelas I,
guru harus berhati-hati dan cermat dalam menyusun perencanaan sekaligus
pelaksanaannya.
Membaca merupakan keterampilan
mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan
perubahannya Ada banyak metode yang dapat digunakan guru untuk mengajar membaca
di kelas I SD. Beberapa metode pembelajaran membaca yang terkenal, yaitu:
1. Metode Abjad. Mula-mula guru memperkenalkan huruf (abjad) kepada siswa: a b c d e f
g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z. Selain yang dipasang di papan tulis,
masing-masing huruf tadi juga perlu ditulis dalam sebuah kartu (satu huruf satu
kartu).
Guru memberikan contoh cara membaca
huruf-huruf di atas, dan siswa menirukan. Mula-mula bersifat klasikal (seluruh
kelas), kemudian dipecah-pecah lagi menjadi separoh kelas, seperempat kelas,
per dua bangku, akhirnya perorangan, kembali dua bangku, seperempat kelas,
separoh kelas, dan kembali ke seluruh kelas.
Apabila pengenalan huruf tadi
sudah lancar, maka guru mulai bisa menugaskan beberapa siswa untuk mengambil
huruf-huruf tertentu dari kartu-kartu huruf yang tersedia. Biarkan siswa
mengenal huruf-huruf itu tanpa makna karena tujuannya adalah mengenal dan
memahami huruf (abjad). Lakukan kegiatan ini berulang-ulang sehingga siswa
benar-benar mengenal dan memahami huruf-huruf itu.
Selanjutnya,
kegiatan dapat ditingkatkan dengan membentuk kata. Pilih beberapa konsonan dan
vokal, yang apabila digabungkan bisa menjadi kata yang bermakna. Misalnya: m
a m a . Tempel atau tulis huruf m-a-m-a di papan tulis. Tunjukkan kepada
siswa bahwa kata itu dibaca mama.
Kemudian tanyakan kepada siswa
kata mama itu terdiri dari huruf apa saja, dan arahkan agar siswa dapat
menyimpulkan sendiri bahwa apabila huruf m digabung dengan huruf a dibaca ma.
Berikan contoh yang lain, misalnya: papa, nana, tata,
dan lain-lain.
Begitu seterusnya, guru mulai
menggabung-gabungkan konsonan dengan vokal, sehingga seluruh vokal (a, e, i, o,
u) bisa digunakan.
Setelah
siswa bisa membaca gabungan dua huruf konsonan-vokal, susunan bisa diganti
menjadi vokal-konsonan. Misalnya: am, an, as,
dan lain-lain. Setelah ini baru bisa dilanjutkan dengan tiga huruf
(konsonan-vokal-konsonan). Misalnya:man, dan, bas,
dan lain-lain.
2. Metode Kupas-Rangkai Suku
Kata.
Berbeda dari
metode abjad di atas, metode kupas-rangkai suku kata ini dimulai dengan
pengenalan kata terlebih dahulu. Misalnya: mama. Kita perlu juga
menjelaskan arti kata mama itu kepada siswa agar mereka mendapatkan makna dari
apa yang dipelajari.
Kata mama kemudian
dipisahkan menjadi dua suku kata yaitu ma dan ma (ma-ma).
Masing-masing suku kata dikupas lagi menjadi huruf-huruf, sehingga siswa
mengenal bahwa kata mama itu terdiri dari huruf m-a-m-a.
Mengingat
empat huruf (yang sebetulnya hanya dua huruf) ini tentunya lebih mudah bagi
siswa daripada langsung mengingat empat huruf misalnya madu (m-a-d-u). Jadi,
mulai dari yang mudah dan dekat dengan kehidupan siswa, maka siswa akan lebih
berhasil. Kegiatan selanjutnya adalah mengenalkan kata-kata yang lain, sehingga
pada akhirnya siswa bisa membaca sebuah kalimat, misalnya: ini mama saya; itu
bola budi, dan lain-lain.
Contoh kata-kata yang mudah sebagai
pendahuluan:
papa pa-pa p-a-p-a pa-pa papa
nana na-na n-a-n-a na-na nana
mata ma-ta m-a-t-a ma-ta mata
papa pa-pa p-a-p-a pa-pa papa
nana na-na n-a-n-a na-na nana
mata ma-ta m-a-t-a ma-ta mata
3. Metode Global.
Menurut
Teori Gestalt, suatu kesatuan lebih bermakna daripada bagian-bagian. Metode
global dimulai dengan mengenalkan kalimat utuh kepada siswa. Contohnya: ibu
makan nasi, disertai gambar, anak membaca tulisan tersebut, baru guru
menjelaskan huruf-huruf yang dirangkai membentuk suku kata, kata, dan kalimat.
Kalimat-kalimat dipilihkan yang sederhana
dan pendek-pendek dahulu, agar siswa tidak mengalami kesulitan.
4. Metode SAS—Struktural Analisa Sintesa. Metode SAS dilaksanakan dengan menggunakan kartu kalimat dan papan
flanel. Mula-mula guru menunjukkan gambar kepada siswa (jika benda asli bisa
dihadirkan tentunya lebih baik jika benda asli ditunjukkan terlebih dahulu).
Misalnya
guru menunjukkan bola kepada siswa, kemudian berkata, ”Anak-anak, ini
bola.” Suruh siswa mengulangi kata-kata guru. ”ini apa?” Siswa menjawab,
”ini bola.” Apabila siswa hanya menjawab bola saja, maka guru
perlu membetulkan ucapan siswa, ”ini bola.” Guru menyuruh siswa menirukan
kata-kata guru.
Kegiatan selanjutnya, guru
menempelkan gambar bola di papan tulis. Di bawah gambar bola itu ditempelkan
tulisan ini bola. Guru menunjukkan contoh membaca tulisan ini
bola, dan siswa disuruh menirukan. Pastikan bahwa siswa seluruh kelas
memperhatikan tulisan ketika mengucapkan kalimat ini bola. Gambar
diambil, tulisan ini bola tetap tertempel di papan tulis. Guru
menyuruh siswa membaca kembali tulisan ini bola tadi.
Kegiatan selanjutnya adalah menganalisis
kalimat ini bola, menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi
huruf. Setelah itu, huruf-huruf dikembalikan menjadi suku kata, suku kata
menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat (sintesa).
Berikut adalah contohnya membaca kalimat, gambar tidak diperlihatkan.
ini bola
ini bola
i ni bo la
i n i b o l a
ini bola
i ni bo la
i n i b o l a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar